Monday, August 20, 2012

A Headstrong, Obstinate Woman.


"Aira, kenapa dia?"

"Karena dia tidak ada disaat nenekku meninggal. Karena dia tidak ada disaat aku meneteskan air mata. Dia tidak ada disaat aku dibawah nol, dia tidak selalu bisa berada di sampingku disaat aku sangat membutuhkannya."

"Jadi? Tunggu apa lagi? Lupakan dia."

"Tidak bisa. Karena hal itu, dia membuatku kuat dan menjadikan aku perempuan mandiri yang tidak tergantung dengan pasangannya. Disaat aku jatuh, aku tahu, dia kecewa dengan keadaannya, karena cita-citanya yang menghalangi keinginannya untuk menemaniku di saat aku jatuh. Dia sakit, dia merasa bersalah atas itu. Dia berusaha kuat di hadapanku, padahal hatinya menjerit."

"Aira............. Kamu layak mendapatkan seseorang yang lebih baik dan lebih bisa diandalkan dari dia."

"Kupikir, dia sudah cukup walaupun kami berbeda."

"Aira, dia sudah tidak mencintai kamu. Mungkin dia sudah mencintai orang lain."

"Aku tahu itu."

"Aira, sadarlah."

"Devi, aku mencintai dia karena dia telah menjadikan aku wanita yang kuat, ada atau tanpa dia. Dia bisa membuatku bahagia walaupun hubungan kami terbatas jarak."

"Aira, dia seorang penerbang. Apa lagi yang kamu tunggu?"

"Hari, dan waktu. Hari dimana kami bersumpah sebagai suami istri, dan waktu dimana kami menyelesaikan hidup kami, saling memiliki dan mencintai, hingga kami dipisahkan oleh maut."

No comments:

Post a Comment

Says