Wednesday, October 9, 2013

On the Wire.


"Gue bukannya nggak mau usaha ato gimana. Bukannya nggak mau ribet ato gengsi juga. Tapi gue ragu. Gue ragu, kalo orang ini nggak ngerasain hal yang sama kaya yang gue rasain. Orang ini berubah, udah nggak kaya dulu lagi. Udah nggak sweet lagi. Oke fine kalo alesannya nggak mau ribet dan mau dijalanin dulu aja, gimana nanti ya urusan nanti, belakangan... Tapi gue bukan orang untuk 'dijalanin seenaknya' dan bukan orang yang bisa di-"gimana nanti aja, belakangan aja". Gue bukan bahan percobaan. Kalo lo emang nggak mau ribet, nggak usah sayang sama orang, sayangin diri lo sendiri dulu karena buat sayang sama diri lo sendiri itu aja udah ribet banget, gimana mau sayang sama orang lain? Faktanya, sayang sama orang mana ada yang nggak ribet? Nggak semua orang bisa ngikutin kemauan lo, karena lo juga harus ngerti dan pahamin, apa yang orang lain butuhin. I did that to you, I gave you space, tapi sampe kapan gue harus sabar dan harus terima? Sampe kapan gue digantung sama pernyataan 'sayang' yang nggak ada juntrungannya? Buat apa sayang sama gue kalo cuma sekedar 'sayang'? Better you keep that to yourself. You should have not told me that too. Jadi, bukannya nggak mau usaha, tapi gue ragu. Gimana gue bisa percaya dan ngilangin keraguan gue kalo lo-nya aja nggak bisa bikin gue percaya sama apa yang lo udah bilang sama gue? Terus, ini mau dibawa kemana? Gue nggak mau stuck disitu-situ aja. Man, gue pernah disitu dan gue memilih pergi daripada gue berekspektasi sesuatu yang nggak harus gue ekspektasiin. Lo tau nggak, gue yang sekarang itu susah sayang sama orang dan susah percaya sama orang. Gue butuh bukti, bukan omongan. Dan kalo emang nggak ada bukti, I choose to walk away. And don't worry, I'll be fine, because it doesn't feel hurt anymore."

-Sajesha.

"Lo udah salah dari awal, sadar nggak lo? Lo terlalu ramah sama orang even itu sifat dasar lo. Lo memang nggak pernah tau ending dari sebuah awal yang lo buat akan seperti apa, paling nggak tegas dikit kek sama diri lo sendiri. Lo mau apa sekarang? Usaha? Diem? Semua juga serba salah, kan? Gue tau lo suka gambling akan future lo, tapi jangan maen asal gambling juga. Gue tau lo juga mikir seribu kali sebelom lo gambling, gue tau lo ngikutin kata hati lo dan gue juga tau lo nggak bego-bego amat jadi orang, tapi diantara itu semua, lo bener-bener mikirin diri lo sendiri nggak, sih? Lo kan selalu ngutamain orang lain dibanding diri lo sendiri. Jujur, gue bangga banget liat kesibukan lo beberapa bulan terakhir ini. Lo bahagia banget sama kerjaan lo saat ini dan nggak diberatin sama masalah hati. Tapi kenapa orang yang gue kenal baik kena masalah hati jadi nggak jelas begini, sih? Dan satu hal yang lo harus tau, dia bukan bahan buat gambling. Dia orang, dia punya hak atas hidup dia dan perasaan dia, begitu juga lo. Lo punya hak buat pergi, lo punya hak buat bahagia, lo punya hak buat sedih. Gue paham lo ragu. Daripada kemakan ragu, mending lo urusin tuh kerjaan-kerjaan lo, duluin diri lo sendiri, egois sedikit lah buat diri sendiri. Kenapa gue minta lo egois sama diri lo sendiri? Karena dia juga sedang mengegoiskan dirinya sendiri, dan itu nggak bakalan ketemu sama kebutuhan lo saat ini. Dear, I love you and I want you to be happy. Forget the feeling of letting go, because you're not letting him go, but you're letting him to be happy with his life without you."

-Amber.

"Sajesha, you know what's best for you yourself. With or without him, you're too bright to shine. Everybody knows that you are a woman, even your mother told me that she already knew that you're capable enough to handle things with your hands because you've made your mind and your soul to work as a partner. Sajesha, give yourself a break or things will break you. Now, let me see you shine one more time. With or without us."

-Elazul.

1 comment:

Says